Ya, tampang teroris itu seringkali di luar dugaan. Tampangnya bisa saja sedap dipandang mata seperti Tamara Bleszynski. Bahkan, siapa pun kita, bisa saja menjadi teroris. Demikian menurut seorang tokoh Muhammadiyah berikut ini.
Abdul Mu’ti : Siapapun Kita Bisa Menjadi Teroris
Jakarta – Sekertaris Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Dr. Abdul Mu’ti, menyatakan bahwa seorang teroris tidak bisa diidentikkan seperti yang terjadi saat ini. “Seorang teroris kedepan bisa jadi bukan seorang yang bercadar , mungkin bisa tampil sebagai sosok seperti Tamara Belzinski” kata Mu’ti pada peluncuran buku “Demi Allah, Aku Jadi Teroris” di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jl Menteng Raya 62, Jakarta Pusat , Kamis (17/12/2009).
Mu’ti menambahkan bahwa siapapun kita bisa terekrut menjadi seorang teroris, apapun alasannya. “Sehingga terorisme ini menjadi tantangan yang besar bagi kita semua” terangnya.
Menanggapi masalah bagaimana menangani keluarga tersangka teroris yang biasanya bermasalah karena sulit diterima oleh masyarakat, Mu’ti menyatakan bahwa salah satu yang perlu direvisi adalah istilah deradikalisasi yang selama ini. “Sepertinya kok istilah itu terlalu keras, kita perlu mencari istilah lain yang membuat para keluarga pelaku teroris yang menjadi target program tidak merasa seperti orang cacat” lanjutnya.
Lebih lanjut Mu’ti menyatakan bahwa masalahnya adalah masyarakat kita kadang menghukum orang berdasar kesalahan orang lain. “Yang salah bapaknya, yang ikut dihukum anak dan istrinya” terangnya.
Dalam kajian tentang penanganan keluarga pelaku teroris, Brigjen (Purn) Surya Dharma, Mantan Komandan Densusu 88, menyatakan bahwa selama ini tindakan yang dilakukan adalah dengan merangkul keluarga pelaku teroris dengan mendekatinya sejak penangkapan hingga keluarnya dari tahanan. “Selama ini tidak ada siapapun dan organisasi manapun yang memperhatikan mereka.” Terang Surya Dharma. “Hingga sekarang yang kami lakukan hanya inisiatif kami sendiri, tidak diatur dalam kewajiban dalam kepolisian ketika menangkap mereka”lanjut Surya. “Jadi setiap kami menangkap, keluarga mereka menjadi keluarga kami” tambahnya.
Menanggapi pernyataan Surya Dharma, Budayawan Mohammad Sobari menyatakan bahwa penanganan keluarga teroris atau yang terkenal dengan istilah deradikalisasi itu malah menjadi bermasalah karena tidak ada desain besarnya . “Karena apa yang dilakukan Pak Surya Dharma hanya tergantung aktor, kalau aktornya pension, tindakan berhenti” terangnya.
Sobari sempat menyatakan bahwa sebenarnya pekerjaan mendekati keluarga pelaku teroris agar tidak mengalami masalah sosial atau malah menjadi teroris juga adalah pekerjaan kebudayaan bukan pekerjaan structural. “Saat inilah Densus 88 harus bekerjasama dengan Muhammadiyah atau NU “ sarang Sobari.
Acara Peluncuran buku karya Damien Demantra ini diprakarsai oleh Ma’arif Institute dan Penerbit Gramedia yang dipandu oleh Andrie Jarot, Presenter TV One. (arif)
Sumber : http://muslimmoderat.wordpress.com/2009/12/18/teroris-bertampang-mirip-tamara-bleszynski/
0 comments:
Post a Comment